Mengejar Cinta Karmila
Semua orang berhak
untuk mencintai dan dicintai. Tapi, apakah salah jika seorang lelaki mencintai
wanita yang sedikit lebih tua darinya? Apakah salah jika sebagian orang
menganggap bahwa cinta itu tidak memandang usia? Apakah salah jika jatuh cinta
dalam satu perguruan? Dan apakah salah jika aku mencintai kakak kelasku,
Karmila.
Rahmat Sukimat, itulah
namaku aku biasa dipanggil Mamat. Rasa cinta itu berawal dari MOPD, disaat aku
masuk sekolah SMK, ya.. itulah titik awal dimana benih-benih cinta itu mulai
tumbuh. Aku melihat dia, tepat dihari terakhir MOPD, dia menangis. Air matanya
begitu kencang berderai-derai, tapi satu hal yang membuatku bahagia, untungnya
dia bukan menangis karena menahan sakit karena patah hati ataupun apa, dia
hanya menangis karena itulah tuntutan peran, saat hari terakhir MOPD ada sedikit
settingan yang mengharuskan dia untuk menangis.
Saat sang raja siang
tepat berada diatas bumi, disaat itu pula aku memulai petualanganku. Aku tidak
sengaja mengikuti salah satu ekskul yang ternyata juga diikuti oleh Karmila.
Sungguh, saat itu aku tak kuasa menahan rasa yang berkecmbuk didalam hatiku,
mungkinkan ini cinta? Kurasa iya. Memang, ini bukan kali pertama aku jatuh
cinta. Tapi, cinta yang ini sungguh berbeda. Seperti ada malaikat yang berbisik
kepadaku dan mengatakan bahwa dialah cinta terakhirku, dialah jodohku, dialah
yang diciptakan hanya untukku. Rasa ini semakin menggebu, lebih dalam, lebih
kuat, dan terus menggangguku, aku tak tahan lagi. Setiap aku makan pasti yang
terbayang di benakku adalah dia. Ketika aku mau tidur rasanya dia datang dan
mengatakan “selamat malam sayang, mimpi indah ya”. Dan tak hanya itu, selain
seolah selalu hadir dalam kehidupan nyataku dia juga datang dalam mimpiku. Ya
ampun, rasanya aku seperti orang gila. Tak mungkin jika rasa ini terus-terusan
aku pendam. Ya, aku harus berusaha untuk bisa dekat dengannya, kemudian aku
harus memberaniakan diri untuk mengungkapkan rasa ini padanya. Langkah-langkah
itu mulai aku susun.
Bunga yang kuncupun
mulai beranjak mekar, seiring berjalannya waktu akhirnya aku bisa dekat dengan
Karmila, kami mulai sering saling berkomunikasi walaupun hanya lewat pesan
singkat. Jujur, disaat itu aku merasa sangaaat bahagia. Langit seakan tersenyum
kepadaku, matahari seakan berkata kepadaku setiap hari “ayo, kejarlah cintamu
wahai petualang cinta !” dan walaupun dimalam hari bulan enggan bersinar, tapi
senyum dari Karmila seakan telah menggantikan cahaya bulan. Oh Tuhan, aku
bahagia
Sebagai seorang lelaki
tulen yang gentle dan pemberani, aku akan berusaha untuk menyatakan perasaan
ini. Walaupun rasa malu sedikit menghampiri diri ini, tapi malu itu akan aku
lawan. Walaupun ini semua begitu berat seberat mengangkat dua/tiga batu
sebanyak dua puluh kali saat pengukuhan dari sabuk kuning ke sabuk hijau, atau
seberat menahan malu ketika menjadi tukang parkir saat acara wisuda sekolah,
atau bahkan seberat apapun, yang pasti aku akan terus berusaha, sesulit apapun
itu. Let’s do it !
Seperti peribahasa yang
mengatakan bahwa semua itu ada waktunya, dan begitulah denganku. Akhirnya aku
mengutarakan perasaanku kepada Karmila, aku mengatakan bahwa aku mencintainya
dan tak kusangka Karmila mengatakan bahwa dia juga merasakan hal yang sama, Oh
ya ampun ! ini semua seperti mimpi diatas mimpi. Oh cubit aku, agar aku
terbangun dari mimpi yang terlampau indah ini. Ooowwh sakit! Dan ternyata ini
bukan mimpi, ini kenyataan. Ah inikah kenyataan? Aku tidak percaya ternyata
Karmila juga merasakan hal yang sama. Ya, aku tidak tahu saat itu Karmila
menganggapku sebagai pacar, atau hanya sebatas teman, tapi jujur aku ingin sekali
meresmikan hubungan ini, ya.. “pacaran”
Waktu terus berjalan
seiring dengan perjuangan cintaku yang tak pernah lelah untuk ku jalani.
Menjalani ‘Hubungan Tanpa Status’, ya ampun aku bahagia, tapi... tak bisakah
lebih dari ini. Setelah beberapa lama, Karmilapun memberitahuku bahwa sesama
anak BKC itu gak boleh pacaran, ya dari situ aku sadar dan terima apa adanya,
tapi yang namanya perasaan itu gak bisa dibohongin, walau bagaimanapun aku
tetep suka dan cinta sama Karmila.
Setelah detik berganti
menit, jam, hari, minggu dan bulan tibalah saat UAS. Aku menduduki ruangan satu
dan Karmila di ruangan dua, mungkin akan menyenangkan walaupun tidak satu
ruangan tapi ruangan yang ditempatiku dekat dengan ruangan Karmila, hmm..
mungkin aku bisa dekat dengan Karmila. Ketika istirahat, aku mengintip dari
jendela, kira-kira apa ya yang sedang Karmila lakukan?. Dan ternyata... oh ya
ampun sakiiit rasanya, ternyata aku melihat Karmila sedang dekat dengan lelaki
lain L.
Dari situ aku marah dan cemburu, akhirnya Karmila menjelaskan bahwa lelaki itu
hanya teman, baiklah aku mencoba untuk mengerti, aku sadar, kalau hanya dekat
dengan lawan jenis yang hanya sekedar teman, aku juga sering J
Tak sangka, sudah
hampir satu tahun aku menjalani hubungan ini, hubungan tanpa status. Tapi, aku
tak akan pernah lelah. Hingga akhirnya, Karmila tidak sengaja menceritakan
tentang mantannya, mantan yang sampai saat ini belum bisa Karmila lupakan
sepenuhnya, ya.. ku kira seperti itu. Jujur, dari situ hatiku bertambah sakit,
sakit sekali.
Walaupun bulan enggan
memberikan sinarnya, pelangi tak mau memperlihatkan keindahannya dan cahaya
matahari seakan mulai redup, aku tak akan pernah lelah mengejar cintamu, rasa
ini terlalu dalam, lebih dalam dari rawa-rawa di Muara Angke, lebih tinggi dari
langit ke tujuh, lebih kencang daripada angin puting beliung, bahkan lebih jauh
daripada Ujung Pandang. Aku percaya dengan peribahasa yang mengatakan bahwa
jodoh tak akan kemana, aku yakin jika Allah mengizinkan kita untuk berjodoh,
seberat apapun itu, sesulit apapun itu, pada akhirnya kita akan bersatu juga,
aku yakin !
Comments
Post a Comment