KEGELAPAN DI BANGKU SEKOLAH


Assalamu'alaikum sobat, iseng2 bikin blog ni sobat coba posting-posting cerpen gitu,, hehehe.... agak gaje mungkin... tapi, monggo debaca aja ya sobat... jangan lupa buat tinggalin komentar kalian.... :)




Kegelapan di Bangku Sekohah
(By : Resi Anjani)
 Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, setiap hari aku menjalani hariku tanpa tahu apa yang akan terjadi, aku hanya berjalan, terus berjalan, tanpa peduli dengan apapun yang menghalangi langkahku, yang aku tahu aku harus berjalan lurus, terus-terus dan terus.
Ujian pertamaku dimulai, ini adalah ujian yang menjadi awal langkahku, ujian pertama saat kelas 1 SD. Hmm.. Aku tak tahu apa yang harus Aku lakukan, tapi jika dengan mencontek aku bisa mengerjakan soal-soal ini, baiklah akan Aku lakukan. Tak sangka, setelah pengumuman kenaikan kelas, ternyata Akulah yang menjadi rangking pertama. Ya, sekarang Aku sadar bahwa dengan mencontek aku akan menjadi yang utama. Sekarang, mencontek telah menjadi jati diriku. Aku yakin jika terus melakukannya, Aku akan menjadi juara. Benar saja, setelah 6tahun duduk dibangku SD aku selalu mendapat rangking pertama dan mencontek adalah senjataku untuk mewujudkan hal yang aku mau.
Ku lanjautkan petualanganku, kini aku telah menjadi siswa SMP, tak kusangka, 6 tahun telah kulewati dengan begitu cepat.
Aku ingin bebas, bebas mengekpresikan diriku. Petualangan baruku dimulai. Romi, Doni dan Dodo adalah sahabat terbaikku, ya kurasa begitu. Setiap hari kami berangkat ke Sekolah dengan gaya yang luar biasa. Celana ketat, baju yang ketat, kopi dan rokok adalah jati diri kami. Tawuran adalah jalan menuju kemakmuran bagi kami. Di Sekolah, kamilah yang paling hebat, paling jagoan dan paling segalanya.
Lagi, ujian peramaku ditingkat SMP dimulai. Aku bingung mengapa semua orang terlihat tegang, kecuali aku. Ya, seperti biasa aku gunakan taktik ujian yang biasa aku lakukan saat SD, dan begitulah hasilnyapun sama, aku mendapat nilai tertinggi.
Walaupun angin membisik ditelingaku, kegelapan yang mengiringi setiap langkahku dan dingin yang menusuk sampai ketulangku, itu semua tak akan menghalangiku untuk pergi dimalam minggu ini.
“Nak, kamu mau kemana?” tanya ibu.
“Alah ibu ini mau tahu saja urusan anak muda!” bentak aku.
“Astagfirullahaladzim, kamu berani membentak ibu dan kamu tega meninggalkan ibumu yang sedang sakit malam-malam begini?” dengan nada yang penuh lirih.
“Gak peduli, minggir !!” sambil mendorong ibu.
Dengan wajah yang kesal dan penuh amarah akupun pergi meninggalkan ibu
Keesokan harinya, aku pulang dengan kepala yang berkunang-kunang dan mata yang tidak karuan. Terdengar suara ibu-ibu yang sedang dirumahku. Ternyata ibuku telah meninggal sesaat setelah kutinggalkan tadi malam. Karena mabuk, aku tak menghiraukan orang-orang yang sedang mengaji di rumahku, aku langsung masuk dan marah-marah tak karuan. Semua orang tercengang, seorang anak yang selalu dibangga-banggakan ternyata telah melakukan hal yang tak sewajarnya. Aku pingsan tak sadarkan diri. Semua orang langsung beristigfar “Astagfirullahaladzim”. Maklum ibu-ibu, mereka langsung membicarakan bahwa mereka tak menyangka, Fauzan anak yang selalu jadi juara kelas kok bisa seperti ini. Suasanapun berubah menjadi gaduh. Datanglah pak Ustadz...
“Asatagfitullahaladzim, ibu-ibu kok malah ngerumpi, daripada buang waktu kita segera menguburkan bu Jannah “. Seru pak Ustadz
Akhirnya, ibu dikuburkan tanpa kehadiranku yang saat itu pingsan karena terlalu banyak minum alkohol.
Aku terbangun...
 “dimana aku? Dimana? Ada apa? Kenapa semuanya berbeda???”
Entah mengapa rasanya aku ingin pergi ke suatu tempat, ke tempat yang tidak ku ketahui sebelumnya. Kaki ku terus berjalan... berjalan menapaki sendu hati entah sampai kapan dan sampai dimana langkah kaki ini akan berhenti
Akhirya aku tiba di pemakaman umum, disana ada sebuah makam yang tanahnya masih basah, sepertinya baru beberapa menit dikuburkan. Langkahku terhenti di titik ini.
“Astagfirullahaladzim... mengapa nama yang ada di batu nisan ini adalah nama ibuku? Mungkinkah ada seseorang yang salah memasang nama dibatu nisan ini? Atau mungkinkah ada seseorang yang mempunyai nama yang sama persis dengan buku? Mungkinkah itu? Atau... mungkinkah ini benar-benar makam ibuku??? Tidak, tidak mungkin !”
 Aku hanya bisa bertanya-tanya. Tapi ternyata, itulah kenyataannya. Seorang bidadari yang telah melahirkanku, merawatku, menyayangiku, dan mengiklaskan setengah hidupnya untukku kini fia telah pergi, pergi tanpa meninggalkan sedikitpun jejak
***
Sekarang apa aku? Anak kelas 2 SMP yang sekarang hidup sebatangkara, hah! Ini lucu. Sangat lucu, dunia ini terasa begitu indah, luar biasa !
 Hari demi hari ku jalani. Kini kegiatanku terus berganti, sekolah, membant ibu kantin untuk bisa makan, tidur, jualan, cuci baju sendiri, hah! Tak adakah jeda? Aku lelah!. Tapi inilah buktinya, kenyataannya tanpa seorang ayah dan ibupun aku masih bisa hidup. Ya! Sekarang aku merasa bebas, tanpa orang tua, tanpa orang yang cerewet itu, yang selalu ngomel-ngomel gak penting, inilah hidup, aku bebas! Dan satu hal, orang tua bukanlah hal yang penting di dunia ini
Kelulusan sudah didepan mata, bagiku ini biasa saja. Seperti biasa, aku mendapat juara pertama dan tak hanya itu, aku mendapatkan beasisa untuk sekolah di SMK NEGERI 1 CAMPAKA. Huh.. kali ini aku semakin sadar bahwa orang tua bukanlah hal terpenting yang harus ada, mereka hanya sebuah seduran yang tak berguna.
Petualanganku berlanjut. Saat kawan-kawanku harus mengikuti seleksi untuk mendapatkan jurusan yang mereka mau, aku tak harus melakukan hal sesulit itu, aku bebas memilih jurusan yang aku mau, ya... akukan juara umum. Aku memilih untuk masuk ke jurusan TSM, karena kawanku Romi, Toni dan Dodo juga memilih jurusan yang sama. Sebenarnya, aku tak tau mengapa harus TSM aku hanya ikut-ikutan saja. Saat ini aku tak tahu harus apa, yang aku tahu aku harus terus berjalan, berjalan lurus, terus... dan terus...
Aku ingin bebas, lebih bebas dari sebelumnya. Malam itu Romi, Toni dan Dodo berkunjung ke rumahku. Kami akan mengadakan pesta kecil-kecilan karena kami bisa satu kelas, kelas TSM  yang selalu solid karena motto kami adalah solidarity forever. Roti, kopi, dan rokok menemani kami malam ini.
“Do, apa yang kamu bawa?”
“aku juga kurang tahu, barang ini aku dapat danri anak yang suka nongkrong dijalan itu lho.” Jawab Dodo
“hulf, bentuknya seperti serbuk obat, hah ! apa mungkin ini narkoba?” sambung Romi
“”hmmm, bisa saja. Tapi memangnya kenapa kalau ini narkoba? Peribahasa mengatakan kita tak akan tahu sebelum kita mencoba, jadi...” lanjut Aku
Rasa penasaran yang menggebu dalam hati kami memaksa kami untuk mencoba, ya ! mencoba. Tak kusangka, obat ini tak ubahnya penabur kebahagiaan, kami semakin ketagihan. Ya, aku tahu inilah yang disebut dengan narkoba. Lalu apa yang salah? Buktinya adalah aku, sekolahku masih berjalan baik, walaupu aku sudah menjadi salah satu pengguna narkoba, lalu apa yang salah? Apa? Menurutku, nrkoba tak akan membuat masa depan hancur, malah akan membuat hidup menjadi bahagia. Bodoh ! hal bodoh bagi mereka yang mengatakan bahwa narkoba adalah obat haram yang akan membuat hidup tak tentram.
***
Beberapa bulan kemudian...
Hari ini aku tidak masuk sekolah, pesta narkoba malam tadi membuatku tertidur, sangat nyaman, jauh... jauh dari keramaian, hingga aku tak sadar. Kepala pusing, mata berkunang-kunang, dan rasa takut yang mengejarku setiap waktu, aku tak tahu.
Saat aku terbangun, aku tak athu berada dimana, orang-orang ini menyeretku ke meja hijau, inikah persidangan? Mungkin ini, ini aku akhirnya, hidupku berakhir. Aku bingung kemana teman-temanku melangkah, mengapa kami bisa terpisah? Tapi inilah kenyataannya. Ya, inilah akhirnya. Malam naas itu telah merenggut nyawa sahabatku. Ya, inilah akhirnya. Kini aku sadar, narkoba telah memisahkan kami. Kebahagiaan dan kesuksesan yang selama ini telah aku raih, hilang. Setelah ayah, lalu ibu dan kini, aku kehilangan sahabatku. Prestasi yang ku raih dengan penuh kecurangan, itu pula yang menjerumuskanku. Lalu sekarang apa? Rasanya terlambat untuk memperbaikinya kembali, terlambat!
***

Di sini, di tempat rehabilitasi ini. Kucoba untuk memperbaiki kesalahan-kesalahanku. Belajar untuk memperbaiki diri, belajar, belajar dan terus belajar. Sekarang aku sadar, tak ada gunanya untuk meratapi kesalahan, tapi aku harus memperbaikinya, ku coba.

Comments

  1. banyak mengandung nilai moril , nice blog
    kayanya punya bakat kadi penulis, keep writing
    jangan lupa berkunkung ke blog aku y:
    https://duniasmkwto.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heheh makasih pak... semoga ceritanya menginspirasi yaa...
      Siap nanti bekunjung ke blognya

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengejar Cinta Karmila

KENAPA KITA TIDAK SUKSES ?

Belajar Sabar dari Kisah Nabi Ayyub AS