KECEMASAN TENTANG MASA DEPAN

Hallo everyone, pertama-tama gue mau ngucapin terima kasih buat kalian yang udah mampir di blog ini. Kenalin gue Ires, seseorang yang sedang mencari jati diri. Cielah haha. Apa kalian juga merupakan seseorang yang sedang mencari jati diri ? bertanya-tanya mengenai siapa gue, passion gue apa dan lain sebagainya. Jika iya, oke kita sama, tapi belum tentu jodoh. Eh apaan sih wkwk. Biasanya, dalam masa pencarian jati diri tersebut, sering banget kita mengalami rasa galau, gundah, gulana. Alemong dah, haha. Eh tapi ini serius ya, terkadang perasaan-perasaan negative tersebut yang justru mengganggu kita. Asli, berantem sama pikiran sendiri itu capek banget. Gak luka, tapi rasanya sakit. Bahkan, fase terberatnya bisa bikin seseorang bunuh diri lo, serem kan ?

By the way, kalian pasti udah gak asing lagi kan sama istilah “insecure” ? iya Insekyur, wkwk. Gitu kan kalo bacanya ? :v Ya, terserahlah orang-orang mau yebutnya begimane, tapi satu hal yang mau gue kasih tanda kutip adalah insecure itu gak bisa dimain-mainin lho. Maksud gue gini, banyak banget sih orang-orang di bumi yang ngerasa insecure, apakah lo adalah salah satunya ? Gue juga salah satu orang yang sering banget mengalami insecure. Bahkan, alasan gue nulis ini juga karena ngerasa insecure. Well, insecure itu gak bisa dimain-mainin, dijadiin sahabat yang selalu kalian ajak main. Eh, ngerti gak sih ? Maksud gue gini, kita semua masih punya harapan, masih punya masa depan. Sadar gak sadar, kata insecure itu justru bisa membuat kita sulit berkembang.

Contoh kecilnya gini, pernah gak lo buka sosmed terus ngeliat ade kelas lo yang sukses banget. Bisa kuliah di luar negeri, jadi pengusaha, hafidz pula. Wow banget kan ? Ketika ngeliat itu, jleb aja. Hati lo jadi ambyar, terus lo bilang gini, “Wow, keren banget ya dia. Ya gue mah apa atuh, cuma serpihan raginang, gak bisa apa-apa. Jauh banget sama dia, dia kan punya privillage”. Pernah gak kalian kaya gitu ? gak persis banget sih, cuma hampir sama. Kalau boleh jujur, gue adalah orang yang ada di cerita itu. Tapi, semua berubah saat gue mutusin buat nulis ini.

Mungkin kita sering merasa kecil hati (insecure), iri hati, gak punya harapan dan sederet perasaan negative lainnya. Tau gak ? dengan sederet perasaan negative tersebut, sadar gak sadar kita udah kaya Firaun lo. Lebih tepatnya ngikutin jejak Firaun. Lah, bagimane ceritanye ? nih gue jelasin, simak bareng-bereng ya. Jujur, disini gue juga lagi belajar.

 

Memilih “Percaya, Merajut Harapan dan Berfikir Positif” dibandingkan “Kecemasan, Kekhawatiran dan Perasaan Negatif Lainnya”

 

Coba sekarang kalian buka Al-Qur’an surat Al-Qasas ayat 6 !

وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَحْذَرُوْنَ 

 Artinya : “dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka”

Kalian inget gak tentang kisah Firaun ? Iya, pada saat itu Firaun lagi galau-galaunya. Wah, Firaun yang segitu kuatnya, bahkan mengaku sebagai Tuhan aja pernah galau. Ada yang tahu galau kenapa ? Yup, karena ada seorang peramal yang mengatakan bahwa suatu saat akan ada seorang anak laki-laki yang akan menghancurkan kekuasaannya. Firaun emang percaya banget sama ramalan. Sama hal yang belum terjadi saja dia sudah percaya, tentu mendengar apa yang diramalkan tersebut Firaun khawatir. Ahkirnya, Firaun memerintahkan agar bala tentaranya membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir pada saat itu.

Coba, baca lagi arti Surat Al-Qasas ayat 6 tersebut. Nah, disini dijelaskan bahwa apa yang ditakutkan Firaun dan Haman justru Allah teguhkan. Justru terjadi. Nah hati-hati, bisa jadi ini adalah hal yang sedang kita rasakan. Selalu khawatir, cemas, galau, negative thinking dan pada akhrinya apa yang kita takutkan justru Allah jadikan kenyataan. Serem kan ?

 

Sekarang coba bandingin sama Al-Qur’an surat Al Qasas ayat 7 ini :

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

Artinya :

“Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.”

 

Nabi Musa sendiri lahir di saat Firaun memerintahkan para tentaranya agar membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir pada masa itu. Dzalim banget sih. Akhirnya, ketika ibu Nabi Musa sedang mengandung, maka suaminya membawa mereka ke dalam gua.  Nabi Musa akhirnya di lahirkan di gua tersebut. Nah disinilah yang Namanya believe, kepercayaan, keimanan orang tua Nabi Musa kepada Allah dibuktikan. Walaupun Nabi Musa sangat berpotensi untuk dibunuh Firaun, tapi mereka tetap bertawakal kepada Allah. Sesuai dengan Al-Qur’an surat al-Qasas ayat 7 ini, orang tua nabi Musa menghanutkannya ke sungai. Mereka benar-benar yakon bahwa Allah akan menolong anaknya. Bahkan akan mengembalikannya sebagai Rasul.

Akhirnya, bayi tersebut di temukan oleh Asiah, istri dari Firaun. Nabi Musa dirawat hingga dewasa disana. Masyaa Allah, luar biasa banget kan ? Coba kalau kita piker-pikir, kisah ini amazing banget. Jauh lebih keren dari drakor ataupun drama indosiar, eh hehe. Kadang untuk mencapai sesuatu yang indah kita harus melewati berbagai rintangan.

Oke, ada satu poin penting dari surat Al-Qasas ayat 6 dan 7 tersebut. Yaitu Firaun yang begitu cemas dengan masa depan yang belum terjadi (dengan ramalan). Sebaliknya, orang tua Nabi Musa yang begitu yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa Allah akan menolong hamba-Nya. Pertanyaannya, apakah kita akan menjadi seperti Firaun atau orang tua Nabi Musa ? akan menjadi seseorang yang cemas dengan sesuatu yang belum terjadi atau selalu optimis, berpositif thinking dan yakin bahwa Allah akan menolong kita?

Hidup ini sudah ada yang mengatur. Bahkan, selembar daun yang jatuh sekalipun telah Allah tentukan. Jadi, kenapa kita harus galau, cemas dengan kehidupan yang fana ini ? Seberat apapun masalahnya, sebesar apapun ujiannya, pasti semua akan kita hadapi. Semua akan terlewati. Ujian ataupun masalah hanyalah acuan yang akan membuktikan seberapa besar keimanan kita, seberapa kuat kita yakin dan hanya bersandar kepada siapa ? Kepada Allah atau justru pada yang lain.

 

Referensi :

Ceramah Ustadz Yusuf Mansur

 

Comments

Popular posts from this blog

Mengejar Cinta Karmila

KENAPA KITA TIDAK SUKSES ?

Belajar Sabar dari Kisah Nabi Ayyub AS