Kuliah di Jurusan Pertanian, Mau jadi apa ? | Curhatan Mahasiswa Pertanian

Don’t judge the book by the cover, begitulah kata salah satu peribahasa. Jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Yes, i know it. Entah harus marah, menangis atau bagaimana. Tapi kenyataannya, banyak orang yang memandang sebelah mata kepada seseorang yang sekolah ataupun kuliah di jurusan pertanian. It’s so sad. Tapi begitulah kenyataannya, terkadang hal ini membuat saya jadi down.

Oke, sebelumnya let me introduce my self. Singkat aja ya kenalannya, kalau terlalu lama takutnya kalian nge-fans (haha, yang ada ngehaters kali yee :p). Saya adalah salah seorang mahasiswa pertanian di Cianjur, Jawa Barat. Tepatnya, saya kuliah dengan jurusan agroteknologi. Mungkin bagi sebagian orang yang belum mengenal apa itu agroteknologi, hal yang terlintas di benak mereka adalah bahwa agroteknologi merupakan salah satu jurusan yang berfokus pada teknologi. As far, teknologinya apa itu yang nggak tahu (Hmmm, apa kalian salah satunya ?). Nah, selain itu ada juga yang mengira seperti ini, agroteknologi itu terdiri dari 2 kata. Agro = pertanian dan teknologi. Jadi, agroteknologi merupakan ilmu yang mempelajari teknologi atau mesin-mesin yang digunakan dalam dunia pertanian (tapi sedikit banget orang yang ngira kaya gini). Oke, dari kedua pendapat tersebut, mana yang benar ? hmm, ternyata dari kedua pernyataan tersebut keduanya masih kurang tepat. Jadi apa itu agroteknologi ?

Baca juga : Perbedaan Agroteknologi dan Agribisnis

Sebenarnya, belum banyak orang yang mengenal lebih jauh tentang jurusan agroteknologi ini membuat saya senang. Khususnya senang karena belum banyak orang yang tahu bahwa agroteknologi ini merupakan salah satu jurusan di bidang pertanian. Dimana pertanian sendiri merupakan salah satu jenis jurusan yang paling banyak dicibir orang. Banyak yang mengatakan bahwa masa depan mahasiswa jurusan ini suram (madesu), banyak yang mengatakan tidak perlu kuliah bahkan sekolah jika ingin jadi petani dan sederet kalimat yang kadang menyakiti hati. Saya sendiri juga pernah bahkan mungkin sering mengalaminya.

“Kamu kuliah di jurusan apa ? “ (masih semangat buat nanya)

“Agroteknologi “ (ngejawab kan)

“Agroteknologi ? Apaan tuh ?” (mulai penasaran)

“Hmmm, itu lho pertanian” (jawab agak simpel, to the point)

“Oh” (gak selera nanya lagi)

Percakapan tersebut hanya ilustrasi saja, bahkan ada juga seseorang yang bertanya dan ketika mereka tahu bahwa saya kuliah di jurusan pertanian banyak kata-kata pedas yang menyambar hati (untung hatinya lagi adem, jadi gak kebakaran), mereka mengatakan bahwa masa depan saya akan suram, tidak punya harapan dan yang lain sebagainya. Ok, it’s oke. Dibalik semua itu, masih ada orang-orang yang pikirannya open minded dan menganggap kuliah di jurusan pertanian itu keren (dikit banget sih yang kaya gini).

Oh iya, mungkin ketika membaca postingan ini, ada sebagian dari kalian yang bertanya-tanya mengapa saya kuliah di jurusan pertanian (pasti ada, hayo ngaku aja *maksabanget)

Alasan Kuliah di Jurusan Pertanian :

Saya sendiri merupakan salah satu orang yang jalannya gak lurus terus kaya jalan tol. Etdah, maksudnya gimana ? jadi gini, dulu saya sekolah di SMK dengan jurusan administrasi perkantoran. Let see? Beda banget kan dengan jurusan yang diambil sekarang. Aneh? Gak sih saya gak aneh, tapi unik haha. Setelah lulus SMK, saya benar-benar tidak berpikir untuk dapat melanjutkan pendidikan. Alasannya ? Males, dahlah pengen nikah aja awokwkwk. Haha, nggak deh bercanda kok. Alasan tidak ingin kuliah yang paling mendasar adalah karena terkendala dengan biaya. Nah setelah dapat sedikit pencerahan dari berbagai sumber, akhirnya saya coba daftar bidikmisi dan akhirnya diterima dengan jurusan pertanian.



Baca juga : Cerita Pengalaman dapat Kuliah Gratis Lewat Program Bidikmisi

Selain itu, saya memutuskan untuk kuliah di jurusan pertanian karena sebagian besar masyarakat di kampung yang saya tinggali berprofesi sebagai petani. Ceritanya sih, mau ningkatin pertanian di kampung sendiri biar masyarakatnya bisa semakin mandiri (Nanti gue ajarin cara bertani yang baik dan benar sampai pengolahan pangannya, nanti ngejualnya ke gue, at least gue jadi bos nya dah hahha aamiin)

Tapi sejujurnya, masih ada masyarakat sendiri yang bilang ini ono, bla bla bla haha banyak deh yang ngeremehin (gak apa-apa diremehin, da akumah apa atuh). Saya menyadari bahwa perlakuan mereka yang terkdang menyakiti itu karena belum sepenuhnya mengerti. Tanpa petani, tidak ada makanan. Tanpa makanan, tidak ada kehidupan. Singkatnya, “no foods, no life”. Jika tidak ada petani, kemungkinan tidak mungkin ada kehidupan. Nah, sekarang ini regenerasi pertanian juga ikut menurun. Jika terus seperti ini dapat kita bayangkan bagaimana pertanian di masa mendatang. Jika tidak ada lagi orang-orang yang mau menjadi petani, apa yang akan terjadi ? Pastinya, pasokan pangan akan sangat berkurang. Lahan-lahan pertanian yang harusnya dikelola masyarakat besar kemungkinan  dikelola pendatang asing. Hal ini sangat disayangkan, mengingat Indonesia merupakan negara agraris dengan sumber daya alam yang memiliki banyak potensi. Hanya saja, sumber daya manusianya masih kurang memadai. Solusinya ? Tentu saja pendidikan, iya walaupun pendidikan sendiri tidak terbatas hanya di bangku sekolah atau perkuliahan.

Sekarang kita akan bicara soal masa depan jika kuliah atau bersekolah di jurusan pertanian ? Oke, peluangnya sangat terbuka lebar. Apalagi dengan semakin sedikitnya orang-orang yang tertarik di bidang ini, maka peluang kerja dan usahanya juga semakin luas. Bisa menjadi entrepreneur (it’s my dream), mandor perkebunan, pengusaha makanan (pengolahan pangan), pemilik perusahaan benih atau pun bekerja diberbagai sektor-sektor pertanian lainnya. Tapi, satu hal yang saya sukai dari pertanian ini adalah dengan bertani kita bisa membantu menyiapkan pangan untuk banyak manusia di bumi, ah keren dah pokoknya. Jadi, bagaimana pendapat kalian tentang kuliah ataupun bersekolah di jurusan pertanian ? komen di bawah ya

 

Comments

Popular posts from this blog

Mengejar Cinta Karmila

KENAPA KITA TIDAK SUKSES ?

Belajar Sabar dari Kisah Nabi Ayyub AS