Kuliah ? Tak Pernah Bermimpi, Tapi Jadi Kenyataan

Menjadi seorang mahasiswa, maha dengan segala kesiswaannya, begitu kira-kira. Seorang yang harus memiliki dedikasi tinggi. Hidupnya harus sejalan dengan tri dharma perguruan tinggi. Entah mengapa, semenjak duduk di bangku SMK, tak pernah terbesit sedikitpun untuk dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Jika lulus nanti, saya ingin bekerja saja. Membantu perekonomian orang tua mungkin akan lebih bermakna daripada harus kembali menuntut ilmu yang sebernanya tidak terlalu besar artinya. Hmmm, entahlah...

Saya tinggal di sebuah perkampungan yang bisa di bilang bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan masih sangat rendah. Bisa lulus sekolah sederajat SMA saja rasanya sudah jadi raja. Hmm, tidak juga. Bagi saya ini berbeda, saya sadar bahwa menjadi lulusan SMA bukanlah apa-apa. Di luar sana, banyak orang-orang yang pengetahuannya lebih tinggi. Di samping itu saya mengerti bahwa kenyataannya pembelajaran memang tak harus selalu di tempuh lewat bangku sekolah ataupun kuliah. Ya, bisa juga mondok, mesantren ataupun ikut pelatihan dan kuliah online hehe. Sekali lagi, tak pernah sedikitpun terbesit di kepala saya untuk dapat kuliah.

Menjelang akhir kelulusan, paradigma itu mulai berubah. Setiap tahunnya, lulusan yang melanjutkan ke bangku kuliah dari SMK dapat dihitung dengan jari. Miris sekali. Di sela-sela kesibukan belajar menjelang ujian nasional, ada saja berbagai jenis universitas, sekolah tinggi bahkan politeknik yang mempromosikan pendidikannya kepada kami. Kadang, saya merasa sedih ketika melihat jumlah biaya pendidikan yang tertera di sana. Jauh sekali rasanya. Setiap ada yang datang saya selalu mencoba antusias, kepo seakan-akan mau kuliah padahal sadar keadaan tak mendukung. Ya, kalau kepo-kepo saat ada yang promosi seperti itu tujuan utama saya bukanlah benar-benar ingit tahu. Hanya ingin mendapatkan hadiah berupa perintilan-perintilan kecil yang bisanya jadi iming-iming bagi siswa yang tertanya. Hehe, dasar aku, eh saya

Ada seorang guru yang begitu memotivasi saya agar melanjutkan kuliah, kalau diingat-ingat jadi ingat eh apasih ahah. Waktu itu beliau sempat menceritakan perjuangannya agar bisa kuliah. Lewat mengetuk pintu langit di setiap sujudnya. Juga perjuangannya sampai rela menjual hp untuk daftar kuliah. Panjang ceritanya, intinya sangat memotivasi.

Akhirnya saya tiba di satu titik dimana saya harus menerima kenyataan. Kenyataan yang membuat saya tanpa sadar harus mengucurkan air mata. I can’t. Failed. SAYA GAK BISA KULIAH. Entahlah bagaimana ceritanya, operator sekolah saat itu mengatakan bahwa ada kesalahan saat penginputan datan SNMPTN dan akhirnya tak ada satupun siswa yang lolos. Hmm, kok bisa kaya gitu ? entahlah, sakit rasanya. Saya sadar bahwa untuk dapat lolos SBMPTN itu kecil kemungkinannya. Seandainya lulus sekalipun, kemungkinan saya tetap tidak bisa kuliah karena terkendala dengan biaya hidup

 

Harapan terakhir


Dari sekian banyak institusi yang mempromosikan perguruan tingginya. Ada satu untiversitas yang saya rasa ada peluang untuk mendaftar ke sana. Sebenarnya ini bukan beasiswa, tapi bantuan. Mungkin kalian sudah taak asing dengan bidikmisi, ya saya adlah salah satu penerimanya. Bermodalkan tekad dan niat serta ditemani teman seperjuangan #azek akhirnya kami pergi ke universitas tersebut. Mengikuti setiap babak seleksinya hingga akhirnya kami bisa lolos dan sama-sama kuliah. Ya, walaupun kami kuliah di fakultas yang berbeda. Oh iya, saya memilih fakultas pertanian. Kenapa? Panjang ceritanya.

Banyak sekali drama yang saya hadapi saat itu, terlalu panjang sepertinya untuk diceritakan disini. Intinya, ada satu pelajaran besar yang saya sadari bahwa “Selama kita menggantungkan diri kepada Allah, tak ada yang tidak mungkin. Tak ada impian yang terlalu besar dan sulit untuk dicapai.  Melainkan yang ada hanyalah do’a dan usaha yang belum maksimal”. Jadi, ketika mimpi kita belum tercapai coba koreksi kembali apa yang salah dari do’a dan ikhtiar kita


Comments

Popular posts from this blog

Mengejar Cinta Karmila

KENAPA KITA TIDAK SUKSES ?

Belajar Sabar dari Kisah Nabi Ayyub AS