SAAT KAMU MERASA HIDUP INI TAK BERARTI

Pernah gak kalian bengong sendiri dan berfikir? Entah apa yang kalian pikirkan. Tapi, kalian ngerasa kalau hidup ini begitu hampa. Ngerasa kalau keberadaan kita di dunia ini tuh gak ada gunanya. Banyak target dan rencana yang ingin dicapai, tapi semua berujung sia-sia. Bahasa kasarnya, mimpi-mimpi itu cuma jadi “sampah”, gak berguna. Paling Cuma dibuang ke pembuangan akhir, jadi limbah atau sebagian lagi jatuh ke sungai dan menyebabkan banjir. Ya, intinya apa yang kalian lakuin itu gak berguna. Cuma nulis rencana, tap gak bisa ngelakuin actionnya. Gak bisa gapai apa yang kalian ingin capai.

Ketika melihat lingkungan sekitar, tak banyak orang yang menganggapmu berarti. Ada dan tidak adanya dirimu tak ada bedanya. Tak banyak kebaikan yang berhasil kamu ukir di hati orang lain. Jauh dari kata mengabdikan diri kepada masyarakat. Kamu ngerasa kalau kamu adalah orang yang gak dikenal, sedih pokoknya. Bahkan mungkin, akan lebih baik saja jika kamu mati (duh serem amat ya...)

Sekarang kamu masuk ke dalam rumah, tak ada yang menyapa. Ayah dan ibumu sibuk bekerja. Sulit sekali bagi keluarga kalian untuk bisa merasa manisnya cinta. Jika ibu atau ayah pulang, hanya obrolan pendek saja yang bisa kalian ucap. Ucapan panjang lebar itu hanya keluar jika ayah dan ibumu marah. Jika mereka marah, badanmu kadang dipukuli sampai memerah, atau bahkan berdarah.

Lantas sekarang kamu duduk di depan kolam renang, menatap air yang berwarna biru dari kejauhan. Kamu terus berfikir dan bertanya pada dirimu sendiri, kenapa harus aku? Kenapa beban ini begitu berat? Kenapa aku tak bisa bahagia seperti orang lain? Selintas kamu berfikir untuk bunuh diri. Tapi, setelah dipikir lagi itu semua sia-sia saja. Bunuh diri itu perbuatan hina, mati dengan disengaja oleh diri sendiri adalah tanda bahwa kamu bukan orang yang beriman. Jika kamu mati, lantas apakah kamu siap untuk mempertahankan apa yang telah kamu perbuat di akhirat?

Air yang biru itu membuatmu haus, tapi kamu tidak memutuskan untuk membeli air. Bahkan, kamu malah memutuskan untuk mengambil wudhu. Ingin bersujud kepada sang Illahi, ingin mengadu akan semua beban yang begitu berat. Selepas shalat, kemudian kamu menangis, menangis sejadi-jadinya. Derdo’a, memohon ampun dan pertolongan-Nya.

Kamu merasa tak kuat lagi, kemudian kakimu melangkah tak tentu arah. Di perjalanan, kamu melihat sesosok anak berumur sekitar 5 tahunan yang sedang memulung sampah. Hati kecilmu menjerit, bagaimana bisa anak sekecil ini sudah bekerja? Lalu kamu coba ajak dia untuk bercerita, akhirnya kamu mengetahui bahwa orang tuanya sudah tidak ada. Kini statusnya adalah anak jalanan. Entah apa yang harus dipikirkan, tapi waktu sehari bgi anak itu lebih cepat habis untuk memulung, mencari nafkah untuk menyambung hidup.

Entah apa yang ada di kepalamu saat ini. Satu hal, otakmu memang masih dipenuhi oleh banyak pikiran, tapi setelah kamu hanya memutuskan. Memutuskan untuk mulai belajar berhenti mengeluh dan mulai membantu orang lain. Kamu belajar agar adanya kamu di dunia ini dapat berarti. Biarlah jika orang lain tidak mengerti. Biarlah, kamu hanya ingin mencoba untuk meyadari bahwa kehidupanmu begitu berarti.

Teruntuk siapapun, kita memiliki hak yang sama untuk bermimpi. Walau terkadang, jalan hidup kita juga berbeda. Tapi ingatlah, bahwa ketika kita memiliki masalah yang begitu berat. Masih ada orang-orang yang memiliki masalah yang jauh lebih pelik dari kita.

Jangan lupa tonton video ini ya